Laman

Jumat, 13 Januari 2012

Mata Saya dan Pena (Tulisan Tamu Untuk Acacicu)


Tulisan dibawah adalah tulisan tamu dari saya untuk ACACICU. Tulisan serupa juga bisa ditemukan disana.

Logo kecilSaya tidak dibai’at dengan janji-janji duniawi maupun surgawi saat memilih menjadi blogger. Tapi blog Acacicu menjadi salah satu blog yang menginspirasi saya.


Sebenarnya kegemaran ini dimualai karena suka membaca. Namun, ternyata seperti katub paru-paru, membaca tidak akan pernah nikmat jika tidak menulis. Bagaikan mendengarkan tapi tidak pernah berpendapat atau berpendapat tapi tak punya kemampuan mendengar. 

Menulis menjadi kesadaran awal saya ambil bagian dari hidup. Untuk alasan itu,
saya (rasa) telah memilih bidang kuliah tepat agar dapat menulis sebagai bukti keberadaan peradaban dan rekaman sejarah dalam bentuk notulensi.

Di bangku ini saya mendapat serangkaian teknik menulis serta pola penulisan yang teoritis dan metodologis. Tentu saja hal ini membuat cita-cita dan keinginan menulis menjadi lebih besar.
Namun karya tulis publis baik yang digital maupun cetak belum juga tercipta. Segala macam metodologi akademik membuat saya menjadi murid kelas menembak yang mendapat nilai A tanpa pernah memegang senapan.

Jika saya ingat masa itu, saat dimana saya suka membaca novel-novel indah dan saya mengidealkan tulisan yang indah, cerita-cerita besar. Epos dari sebuah kerajaan tentang kepeminpinan dan masyarakat yang mahdani. Kisah cinta yang membuat hidup ini jauh dari kata apes (tidak beruntung). Harapan yang muncul akan tulisan indah yang struktural dan mengubah dunia.

Hingga dua lebaran kemaren (2009) Acacicu sering promo tulisannya dengan tautan URL di facebook (karena waktu itu saya adalah penulis tetap menitan (tiap menit) facebook), dan saya klik tautan yang disertakan dalam posting (waktu itu hosting akun facebook yang promo adalah akun Mas Bro sendiri bukan Acacicu).

Bercerita tentang alam dan cinta yang universal termasuk cinta pada alam. Saya sedikit lupa judulnya kalau tidak salah “Jadilah kau edelweisku”(wes, mas. areke wis dadi endhel-weismu), kemudian saya mulai rutin membaca Acacicu. Namun saya masih memberi komentar tentang tulisan lewat posting di facebook bukan langsung pada tulisan di blog.

Saya suka dengan tulisan-tulisan di Acacicu kemudian mulai rajin berselancar dan jadi viewer blog teman-teman yang sudah saya kenal secara pribadi.
Ternyata banyak tulisan yang menginspirasi tentang narasi kehidupan dengan setting sehari-hari yang berangk`t dari ide-ide sederhana. Seperti fotografer yang menangkap gambar dan cahaya, tulisan-tulisan ini menangkap kehidupan dalam bentuk narasi yang historis dan jujur.

Kemudian saya sadar, ternyata tidak perlu Pulitzer dan Nobel Piece Price untuk merubah kehidupan. Pembaca hanya haus dengan tulisan yang jujur, dan kejujuran itu kebanyakan lahir dari kesederhanaan.
Kemudian pula saya mulai berani menulis. Menulis tentang dunia dari sudut pandang keterbatasan mata saya menagkap maksud hidup. Menulis tentang kehidupan sehari-hari yang sederhana. Ternyata benar, semenjak menulis budaya baca menjadi meningkat. Mungkin seperti analogi gelas penuh yang tidak bisa diisi air lagi sebelum air didalamnya ditumpahkan. Menulis ternyata membebaskan (kemudian kalimat ini menjadi jargon blog ajengherliyanti). 

Membebaskan dari keresahan dan membebaskan dari keinginan untuk menjadi serba tahu.

Terima kasih Acacicu, telah mengajarkan tentang menjadi penulis narasi yang berani. Sampai hari ini, saya suka membaca tulisan Acacicu (walaupun tidak dikomentari). Terima kasih untuk mengajari keberanian berpendapat dalam notulensi. Iya...saya tobat... kembali nulis lagi, karena 2 bulan terahir ini saya sibuk mensenjatai blog saya dengan navigasi dan widget-widget cantik (biar laris), sampai saya lupa isi contentnya. Tulisan ini akan saya ahiri dengan monolog.

“Mas Bro, bapaknya arsitek developer perumahan ya?.... tahu gak kenapa saya bisa menebak....karena kau telah mem-blo(ck)ggerkan hatiku” (preeeeeet)

17 komentar:

  1. Saya membaca posting ini dari blog sebelah
    semoga semangat menuis akan terus meningkat dan berbagi dengan yang lain

    salam kenal dari blogger yang tulisannya tidak memiliki metodologi yang jelas

    salam dari pamekasan madura

    BalasHapus
  2. Dari FB, nyasar ke blog acacicu lalu nyasar lagi kemari...
    Salam kenal mBak...

    BalasHapus
  3. akhirnya punya kesempatan berkunjung ke blognya penulis tamu di acacicu.... salam kenal

    BalasHapus
  4. Salam kenal kak ajeng.Semangat terus menulis

    BalasHapus
  5. Sepekat dan sependapat dengan quote "membaca tidak akan pernah nikmat jika tidak menulis. Bagaikan mendengarkan tapi tidak pernah berpendapat atau berpendapat tapi tak punya kemampuan mendengar"

    Komentar yang sama untuk tulisan yang sama di dua tempat berbeda. Hehehe....

    Salam kenal, Mbak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Abi: Salam kenal. Selamat datang di blog saya

      Hapus
  6. salam kenal kak Ajeng dari none betawi.. :)
    semangat teruss ya buat nulis ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. @None Betawi: Pasti semanggat terus.
      Gak akan menyerah

      Hapus
  7. Salam kenal Kak...saya tunggu tulisan berikutya,,esip

    BalasHapus
    Balasan
    1. @ Sophian: Silakan rajinrajin datang ke Second OPinion

      Hapus
  8. Salam kenal pada kunjungan perdana, saya tahu dari blog idolanya. Semangat berkarya dalam tulisan.

    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah's Blog

    BalasHapus