Tulisan dibawah adalah tulisan tamu dari saya untuk ACACICU. Tulisan serupa juga bisa ditemukan disana.
Saya tidak dibai’at dengan janji-janji duniawi maupun surgawi saat memilih menjadi blogger. Tapi blog Acacicu menjadi salah satu blog yang menginspirasi saya.
Sebenarnya kegemaran ini dimualai karena suka membaca. Namun, ternyata seperti
katub paru-paru, membaca tidak akan pernah nikmat jika tidak menulis. Bagaikan
mendengarkan tapi tidak pernah berpendapat atau berpendapat tapi tak punya
kemampuan mendengar.
Menulis menjadi kesadaran awal saya ambil bagian
dari hidup. Untuk alasan itu,
saya (rasa) telah memilih bidang kuliah tepat agar dapat menulis sebagai bukti keberadaan peradaban dan rekaman sejarah dalam bentuk notulensi.
saya (rasa) telah memilih bidang kuliah tepat agar dapat menulis sebagai bukti keberadaan peradaban dan rekaman sejarah dalam bentuk notulensi.
Di bangku ini
saya mendapat serangkaian teknik menulis serta pola penulisan yang teoritis dan
metodologis. Tentu saja hal ini membuat cita-cita dan keinginan menulis menjadi
lebih besar.
Namun karya tulis publis baik yang digital maupun cetak belum juga tercipta.
Segala macam metodologi akademik membuat saya menjadi murid kelas menembak yang
mendapat nilai A tanpa pernah memegang senapan.
Jika saya ingat masa itu, saat
dimana saya suka membaca novel-novel indah dan saya mengidealkan tulisan yang
indah, cerita-cerita besar. Epos dari sebuah kerajaan tentang kepeminpinan dan
masyarakat yang mahdani. Kisah cinta yang membuat hidup ini jauh dari kata apes
(tidak beruntung). Harapan yang muncul akan tulisan indah yang struktural dan
mengubah dunia.
Hingga dua
lebaran kemaren (2009) Acacicu sering promo tulisannya dengan tautan URL di
facebook (karena waktu itu saya adalah penulis tetap menitan (tiap menit)
facebook), dan saya klik tautan yang disertakan dalam posting (waktu itu
hosting akun facebook yang promo adalah akun Mas Bro sendiri bukan Acacicu).
Bercerita tentang alam dan cinta yang universal termasuk cinta pada alam. Saya
sedikit lupa judulnya kalau tidak salah “Jadilah kau edelweisku”(wes, mas.
areke wis dadi endhel-weismu), kemudian saya mulai rutin membaca Acacicu. Namun
saya masih memberi komentar tentang tulisan lewat posting di facebook bukan
langsung pada tulisan di blog.
Saya suka dengan
tulisan-tulisan di Acacicu kemudian mulai rajin berselancar dan jadi viewer
blog teman-teman yang sudah saya kenal secara pribadi.
Ternyata banyak tulisan
yang menginspirasi tentang narasi kehidupan dengan setting sehari-hari yang
berangk`t dari ide-ide sederhana. Seperti fotografer yang menangkap gambar dan
cahaya, tulisan-tulisan ini menangkap kehidupan dalam bentuk narasi yang
historis dan jujur.
Kemudian saya
sadar, ternyata tidak perlu Pulitzer dan Nobel Piece Price untuk merubah kehidupan.
Pembaca hanya haus dengan tulisan yang jujur, dan kejujuran itu kebanyakan
lahir dari kesederhanaan.
Kemudian pula saya mulai berani menulis. Menulis
tentang dunia dari sudut pandang keterbatasan mata saya menagkap maksud hidup.
Menulis tentang kehidupan sehari-hari yang sederhana. Ternyata benar, semenjak
menulis budaya baca menjadi meningkat. Mungkin seperti analogi gelas penuh yang
tidak bisa diisi air lagi sebelum air didalamnya ditumpahkan. Menulis ternyata
membebaskan (kemudian kalimat ini menjadi jargon blog ajengherliyanti).
Membebaskan dari keresahan dan membebaskan dari keinginan untuk menjadi serba
tahu.
Terima kasih
Acacicu, telah mengajarkan tentang menjadi penulis narasi yang berani. Sampai
hari ini, saya suka membaca tulisan Acacicu (walaupun tidak dikomentari).
Terima kasih untuk mengajari keberanian berpendapat dalam notulensi. Iya...saya
tobat... kembali nulis lagi, karena 2 bulan terahir ini saya sibuk mensenjatai
blog saya dengan navigasi dan widget-widget cantik (biar laris), sampai saya
lupa isi contentnya. Tulisan ini akan saya ahiri dengan monolog.
“Mas Bro,
bapaknya arsitek developer perumahan ya?.... tahu gak kenapa saya bisa
menebak....karena kau telah mem-blo(ck)ggerkan hatiku” (preeeeeet)
Saya membaca posting ini dari blog sebelah
BalasHapussemoga semangat menuis akan terus meningkat dan berbagi dengan yang lain
salam kenal dari blogger yang tulisannya tidak memiliki metodologi yang jelas
salam dari pamekasan madura
Salam kenal juga untuk Pemekasan Madura
HapusDari FB, nyasar ke blog acacicu lalu nyasar lagi kemari...
BalasHapusSalam kenal mBak...
Salam kenal juga
Hapusakhirnya punya kesempatan berkunjung ke blognya penulis tamu di acacicu.... salam kenal
BalasHapusSalam kenal terima kasih sudah mampir
HapusSalam kenal kak ajeng.Semangat terus menulis
BalasHapus@ riez: Terima kasih atas semangatnya
HapusSepekat dan sependapat dengan quote "membaca tidak akan pernah nikmat jika tidak menulis. Bagaikan mendengarkan tapi tidak pernah berpendapat atau berpendapat tapi tak punya kemampuan mendengar"
BalasHapusKomentar yang sama untuk tulisan yang sama di dua tempat berbeda. Hehehe....
Salam kenal, Mbak!
@Abi: Salam kenal. Selamat datang di blog saya
HapusPenuh Inspiratif
BalasHapusTerima kasih
Hapussalam kenal kak Ajeng dari none betawi.. :)
BalasHapussemangat teruss ya buat nulis ^^
@None Betawi: Pasti semanggat terus.
HapusGak akan menyerah
Salam kenal Kak...saya tunggu tulisan berikutya,,esip
BalasHapus@ Sophian: Silakan rajinrajin datang ke Second OPinion
HapusSalam kenal pada kunjungan perdana, saya tahu dari blog idolanya. Semangat berkarya dalam tulisan.
BalasHapusSukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog