Laman

Senin, 05 November 2012

Cikasur

Malam di Cikasur sangat dingin. Padahal landai yang kami pilih untuk membangun tenda adalah landai yang dikelilingi lembah setinggi 12 meter. Dulu teman pernah bilang jika tidur di landai yang berbentuk jurang mangkuk, maka angin akan berkeliling ke dalam mangkuk dan membuat hawa semakin dingin, namun jika kami memilih membangun tenda diatas lembah, maka angin akan lebih kencang. Selain itu, tenda kami dekat sungai sehingga dinginnya udara dapat diserap oleh air. Beberapa kali secara bergantian kami terbangun karena udara dingin membuat tidak nyaman tidur pulas.

Sandal dan barang-barang yang membeku.
Pagi hari setelah malam dingin, baru semua terjawab setelah saya mencari sandal di luar tenda. Ada kristal meyelimuti sandal...ya...sandal saya dilumuri es. Anehnya meskipun diselimuti es, dan esnya sangat kesat dan kering, namun tidak ada masalah waktu kaki masuk ke dalam sandal. Tidak terasa dingin, mungkin karena kaki sudah terbiasa dan menjadi kebas.
Kami memeriksa logistik dalam tas dan menemukan tidak hanya minyak dan mentega yang beku tetapi juga sirup obat-obatan dan air mineral serta minuman yang kami masak malam sebelumnya. Sangat menyesal, seharusnya kemaren malam masak besar dan masak sup sekalian kalian paginya langsung bisa dihangatkan tanpa takut basi, karena ada kulkas alami.
Air Minum Juga Ikut Membeku
Semua sedang sibuk berbenah dan masak, saya memutuskan untuk turun melepas baju dan celana kemudian turun ke sungai sedalam bawah lutut. Sudah 2 hari tidak mandi dengan keringat yang tiap hari menempel di baju dan kulit, saya harus mandi. Air memang dingin hanya pada awalnya, namun setelah air di kulit menguap, semua jadi terasa sama, Ini bukti bahwa saya masih keturunan Suku Air Selatan. Justru saya lebih takut kalo ada orang yang tiba-tiba turun ke sungai.




Foto CIkasur yang saya dapat dari
http://www.pecintaalam.net/gunung-argopuro
Cikasur adalah mata air ketiga yang dilewati. Mata air di Cikasur tidak hanya sumber, tapi sumber yang membentuk menjadi sungai. Dalamnya sedalam 50 cm di bulan Juli. Lebarnya sekitar 5-6 langkah kaki orang dewasa, namun karena berkelok-kelok, maka lebarnya tidak rata di tiap mulut sungai. Airnya bening dan dingin. Jika kaki digerakkan di dalam ai, tidak ada lumpur kotor yang memburat, melainkan hanya kerikil kecil yang sebentar turun  lagi ke dasar air. Beberapa orang yang pernah di sungai ini mengaku memiliki pengalaman buruk dengan pacet (lintah). Namun pagi itu, tidak ada pacet di sana. Mitos yang benar-benar fakta adalah bahwa sepanjang aliran Cikasur, ada banyak sayur arnong.

Saya teringat, dalam perjalanan menuju Cikasur, kami berselisih jalan dengan 3 perempuan yang masing-masing membawa 1 karung besar arnong. Sementara saat kami sampai di Cikasur, arnong masih saja ada di sepanjang aliran Cikasur. Saya mengambil 4 genggam dan memberikan kepada Grandong yang memasak, sambil saya berjemur setelah mandi.

Rencana hari ini kami akan menuju Cisentor tempat  jalan masuk menaiki puncak Rengganis. Matahari masih tidak mau membiarkan perjalanan sendirian.

Diatas lembah bisa dilihat runtuhan bangunan semen bekas bandar udara koloni Jepang.
  

  




2 komentar:

  1. indah baanget ya jeng.. suatu hari aku harus kesana. Merasakan dipeluk kabut lalu menemui es di pagi hari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus. Harus dijadwalkan karena ini pegunungan di Jawa yang tracknya panjang.

      Hapus