Dalam bergaul sehari-hari, kosakata kadang dipilih untuk memudahkan mengartikan istilah panjang untuk mempersingkat komunikasi. Beberapa istilah digunakan karena penggunaannya lazim dan sudah dianggap mewakili makna yang merujuk pada satu ide yang dianggap seragam.Sama seperti sejarah, makna muncul karena ada pemenang dari pemberi makna. Jika tidak digunakan secara hati-hati, bisa jadi justru tidak tepat guna karena dapat mempersempit dan menimbulkan inferioritas pada golongan tertentu, atau bahkan karena sering digunakan sembarangan makna maknanya akan bias karena terlalu populer.
Kata "insomnia" misalnya yang mengacu pada Sleeping Disorder semacam penyakit tidak mempunyai rasa kantuk atau mempunyai kantuk namun tidak dapat tidur. Para penderitanya bisa tidak tidur selama 3 hari penuh hingga kelelahan, kehilangan energi dan selera makan serta lelah. Kata "insomnia" sudah digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari untuk hanya menyatakan sulit tidur dalam satu malam atau telat tidur dalam 3 jam. Kata "insomnia kemudian berganti makna dan dianggap sebagai olok-olok scientific belaka.
Kata seperti "autisme" juga memiliki penyempitan makna dan perluasan pengguna. Oleh sebab itu kata "autis" seharusnya tidak digunakan sembarangan karena dapat menyakiti beberapa kelompok.
Tidak hanya dalam hal penggguna dan kapan digunakan namun juga ada kuasa tak tampak (hidden power) yang ada di dalamnya. 3 kata/prase dibawah ini akan menunjukkan bagaimana bahasa dicipta dan ditransformasi serta dipelihara untuk kepentingan patriarki.
1. Morning-sick
Morning sick biasanya terjadi pada perempuan pada masa hamil semester pertama (1-3 bulan) yaitu rasa mual dan muntah-muntah. Nama morning sick populer digunakan setelah Perang Dunia II oleh para pekerja urban lelaki untuk mendeskripsikan keadaan istrinya sebelum mereka pergi ke kantor.
Rasa mual memang lazin dialamai pada hamil muda karena adanya pergantian hormonal pada tubuh calon ibu. Namun rasa mual ini tidak hanya terjadi pada pagi hari. Perempuan hamil muda juga memiliki noon-sick, afternoon-sick, evening-sick, night-sick hingga midnight-sick.
2. PMS (Pre-menstrual Syndrome)
Kata ini jarang digunakan oleh laki-laki namun sering diucapkan perempuan untuk menamai gejala sakit fisik dan tidak nyaman karena haid bulanan. Kata PMS dapat melazimkan ketikdakstabilan perempuan pada masa haid dan membuat perempuan sendiri seakan harus menerima ini sebagai hal yang tidak dapat diatasi sehingga meminta pemakluman dari orang lain.
3. Broken-Home (Omah Ajur)
Frasa ini bahkan dianggap sangat ilmiah dan sering digunakan dalam beberapa kajian ilmu untuk mendeskripsikan sebuah keluarga terutama anak yang dibesarkan dalam keluarga yang berpisah karena bercerai. Frasa ini, kemudian, terasosiasikan menjadi sifat anak (biasanya diletakkan pada posisi korban) yang cenderung nakal, membangkang, anti-sosial, tidak ramah lingkungan bahkan tidak bisa terurai maupun didaur ulang.
Jika perceraian dianggap sebagai keputusan yang diambil untuk melanjutkan hidup, maka keluarga yang mengalami perpisahan dapat juga dimaknai sebagai keluarga yang tegas dalam bersikap. Sementara anak-anak yang mengalami atau hidup dengan orang tua bercerai dapat juga melanjutkan hidup dan belajar dari pengalaman kedua orang tuanya.
Frasa ini dilanggengkan dan sering dilontarkan untuk menakut-nakuti (terutama perempuan) agar keputusan perceraian tidak diambil dan kehidupan domestik yang mengiferior perempuan bisa terus dijalankan.
Frase Broken-Home lebih pantas digunakan untuk merujuk pada rumah yang secara literal hancur atau rusak. Bukan hanya berkemungkinan salah makna, frasa "Broken-home" seharusnya usdah tidak dipakai lagi seperti frasa "anak haram" walaupun anak tersebut belum mendapat sertifikasi halal dari MUI.
Kata/frase digunakan untuk merujuk pada makna tertentu sehingga menghasilkan komunikasi yang sederhana dan tidak rumit. Contoh kata/frase diatas dapat mengenalkan bagaimana bahasa dilangenggkan dan bagaimana pemberian makna dimenangkan oleh kuasa.
Selamat Melawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar