Karena produksinya
yang masal, semua orang makan mie instan. Sebagian karena tidak punya banyak
pilihan, sebagian karena terburu-buru, yang lain mungkin karena hanya mampu
memasak mie instan.
Elfira Arisanti suatu
hari mengutip Proff Ayu Sutarto “tidak ada yang instan di dunia, bahkan untuk
makan mie instan, semuanya melalui proses memasak yang bertahap”
Sementara saya selalu
bilang “Hujan itu bukan hujan…… tanpa mie instan”
Semasa belajar
psikologi terapan, mentor saya pernah menjelaskan tentang metode mempertahankan
capaian positif. Usaha ini dilakukan pada saat terdamping tiba-tiba mengalami
trance (Transcendent) dan menemukan solusi permasalahan melalui kesadaran
murninya (pure conscious)sendiri. Metode ini digunakan agar kesadaran itu tetap
tinggal dan tidak hilang. Nama
metodeneya adalah Anchoring yang berasal dari kata Anchor “Jangkar”.
Filosofinya seperti yang dijelaskan diatas, pada saat menemukan laut lepas yang
banyak ikan, segera lempar jangkar ke laut agar perahu tetap tinggal dan tidak
terombang arus air.
Saya menyederhanakan
metode anchor dengan menamainya recall (mengingat) dan focus pada solusi sebuah
masalah. Sehingga metode ini bisa diaplikasikan dalam situasi yang bahkan
sangat sederhana. Contohnya saja, pada saat teman yang curhat secara tidak
sadar menemukan selusinya sendiri, disanalah saya melempar jangkar sebagai momentum.
“Aku tahu ibuku selalu
marah karena aku belum kerja, tapi kan
itu berarti aku tidak boleh membeli kamera baru. Ibu itu cuma kawatir dengan
masa depanku, dia takut aku tidak akan mandiri”
Begitu setidaknya kata teman. Diahir kalimat saya akan melempar jangkar pada
kesadaran murni milik yang dia ciptakan dalam bentuk verbal, maka saya akan gunakan
intonasi yang lebih tinggi, ekspresi yang mendukung, dan kontak mata yang kuat
sambil mengulang kalimat trance tadi:
“NAHHHHHH ITU…… kamu benar….. ibumu kawatir dengan masa depanmu”
Hanya itu saja yang perlu saya lakukkan,
maka saya telah melempar jangkar agar teman saya mengetahui masalah sebenarnya yang perlu ditanggapi, sehingga dia dapat mengingat kembali dengan cara menarik jangkar ke darat lagi sebelum melanjutkan sauh.
maka saya telah melempar jangkar agar teman saya mengetahui masalah sebenarnya yang perlu ditanggapi, sehingga dia dapat mengingat kembali dengan cara menarik jangkar ke darat lagi sebelum melanjutkan sauh.
Sebenarnya ini bukan
pula perkara mudah karena pelempar jangkar harus mampu mendengar dan bisa
memilih kalimat dari kesadaran mana yang harus digunakan untuk melempar
jangkar. Andai saya mengulangi kata “Ibumu memang selalu marah”. Maka sama saja
saya melempar jangkar ke dalam perahu sehingga perahu bocor dan kami berdua
tenggelam dalam kesadaran palsu (false conscious).
Kemudian saya kembali
lagi pada sore hujan di Warung Burjo memilih mie instan mana yang akan saya
makan sambil tidak perlu kawatir karena semua mie instan mengandung racun yang
sama. Dalam pandangan ini, mie instan tidak banyak berbeda dengan rokok, hanya
saja mie instan tidak menyumbang bea-cukai.
Memilih mie instan
juga memilih memori, memili kenangan mana yang akan saya lempari jangkar. Agar
saya ingat lagi dan sadar lagi. Tiap merk dan rasa pernah kita makan sebelumnya
namun memiliki memori yang berbeda. Sore hujan itu, saya juga sadar ternyata
kita juga memilih apa yang seharusnya tetap kita ingin ingat,
Maka saya memili
kenangan itu, memanggil kenangan saat hujan juga, dengan mie kuah plus telur
dan guntingan 2 cabe merah (digunting, tidak diiris).
Saya sudah memilih
menarik jangkar dari dalam mie instan yang sedang disiapkan, duduk di depan
teman, berpura-pura peduli dengan sekeliling sementara hujan diluar sama
derasnya dengan ingatan yang terus muncul, kenangan yang saya pilih dengan
sadar. Saya menikmati semua racunnya. Racun ingatan dan racun dari mie instan.
Kadang kita hanya menduga bahwa kenangan hadir karena takdir, tapi lupa bahwa kita mengingat sama seperti bagaimana kita ingin diingat. Memilih siapa diri kita.Kemudian bersauh.
Kadang kita hanya menduga bahwa kenangan hadir karena takdir, tapi lupa bahwa kita mengingat sama seperti bagaimana kita ingin diingat. Memilih siapa diri kita.Kemudian bersauh.
Suka sama kalimat2 penutupnya...
BalasHapus