Ahir-ahir ini, sering kali memang kata organik digunakan dalam produk
terutama produk tani. Saya pribadi sedikit mempertanyakan kata dan makna
organik, semenjak saya diberitahukan bahwa nasi di KFC berasal dari beras
organik.
Sekitar 2 bulan lebih awal, agen Tim dan saya pergi ke Imogiri untuk
melihat pertanian Permakultur. Terminologi ini memang asing, tapi setelah
bertani di undangan kedua Agen Tim, saya jadi semakin penasaran dengan
Permakultur.
Minggu pagi (jam 11 siang itu), beberapa agen lain juga datang, Forest adalah pembina kami. Ada 2 tugas yang harus kami lakukan, yang pertama yaitu
membuat lapisan diatas tanah yang digunakan untuk media tanaman, sedangkan yang
kedua adalah membuat Mandala Pisang.
Bedeng
Lapisan yang dibuat disebut bedeng. Badeng terbuat dari beberapa lapis
sampah basah hijau (sayuran, buah, daun basah, pelepah pisang), sampah kering
coklat (kayu, serabut kelapa, ranting, pohon, dahan dan hatiku yang juga mulai mengering……..
eaaaa), kotoran sapi (bukan daki sapi), dan jerami atau sekam.
Untuk sementara, badeng akan dibiarkan selama 2 minggu agar terjadi
proses pembusukan secara alami dan bakteri-bakteri mulai menghidupkan lapisan
ini. Setelah dua minggu, lapisan ini baru siap untuk ditanami benih apa saja, asalkan
bukan benih kebencian yang dalam.
Mandala Pisang
Saya tidak bergabung dalam tim pembuat badeng, kali ini saya bertugas dalam tim pembuat Mandala Pisang. Anggota tim memang menyebutnya
Lingkaran Pisang (Banana Circle) namun agar terkesan gahar dan sedikit mistis
saya akan namakan Mandala Pisang. Sangat mistis mengingat pisang adalah buah
yang tidak pernah saya makan, karena saya phobia pisang (my first public
announcement).
Tugas Mandala pisang, walaupun tidak rumit namun membutuhkan fisik
lebih. Kami harus membuat lubang dan bergerak naik turun lubang, gerakan yang saya buat
kadang menyebabkan celana melorot dan celana dalam (kancut) terekspos keluar.
Langkah pertama adalah membuat lubang berdiameter 1 meter dengan
kedalaman 1 meter. Disekitar bibir lubang diberi gundukan yang berasal dari
tanah hasil penggalian. Lubang galian harus dekat dengan saluran pembuangan
cucian baju dan atau cucian peralatan makan dan masak serta air limbah mandi,
karena tujuan dari lubang ini adalah untuk menyeterilkan air deterjen agar
tidak meracuni tanah.
Setelah lubang selesai digalih, kami membuat lubang got dan mengimplan
pipa dari genangan air pembuangan hingga ke tengah lubang Mandala Pisang.
Sama seperti bedeng, sebelum digunakan sebagai saluran pembuangan,
galian harus dilapisi beberapa bahan sebagai filter air. Lapisan bawah yaitu
yang paling dekat dengan tanah adalah rerumputan, kemudian sampah basah hijau
terahir jerami. Setelah itu diatas jerami bisa digunakan untuk tempat sampah
organik terutama yang sulit hancur seperti sampah coklat kering seperti kayu,
ranting, pohon, dan serabut kelapa.
Guna gundukan disekitar bibir lubang adalah untuk ditanami pohon pisang.
Pilih 6-8 tunas pisang yang berbeda umur agar bisa ditanam mengelilingi bibir
lubang dengan jarak yang sama. Umur pisang yang berbeda akan menyebabkan pohon
pisang berbuah pada waktu yang tidak sama. Cara ini digunakan karena pohon
pisang hanya berbuah satu kali, setelah itu pohon akan tetap hidup namun tidak
produktif. Waktu berbuah yang berkala atau bergantian dapat digunakan agar
pohon pisang di sekeliling Mandala Pisang tidak ditebang atau mati secara
bersamaan.
Sebagai variasi dari pohon pisang, bibir Mandala Pisang juga bisa
ditanami pohon papaya dan nanas. Namun pohon papaya dan pohon nanas hanya
pemeran tambahan, karena pemeran utama tetap pohon pisang.
Diantara pekerjaan membuat lubang, sesekali saya juga pergi ke tim
pembuat badeng agar saya bisa belajar pekerjaan mereka. Saya membantu mencacah satu pelepah pisang (bukan mencacah satu pisang). Diantara perpindahan
ini obrolan saya dengan Forest terjalin.
Kepada saya, Forest memberi tahu bahwa terminologi Permaculture adalah
gabungan kata (compound-word) dari Permanent Agriculture. Seorang ilmuwan
Jepang yang memberi istilah ini, karena pertanian tradisional sudah ada sejak
jaman prasejarah (pre-history), namun ditinggalkan setelah masa industri mulai
muncul.
Kemudian muncul pertanyaan sederhana dari saya, jika teknik pertanian
ini sangat tradisional, bukankah teknik disetiap iklim akan berbeda-beda?
Forest menjelaskan bahwa teknik akan tetap sama, namun jenis tumbuhan
yang akan berbeda. Di negeri eropa yang dingin, Mandala Pisang akan diganti
Mandala Berries (strawberry, blueberry, blackberry, berry-berry).
Bergerak semakin maju, saya menyatakan afirmasi industri tani masal yang
menggunakan pupuk kimia. Saya mengatakan bahwa alasan industri menggunakan
pupuk kimia adalah karena mereka ingin memproduksi lebih banyak hasil tani
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Anehnya, Forest tidak melawan pernyataan saya. Namun dengan cerdas, dia
memberi alasan kausal, “Mereka tidak salah, karena memang benar bahwa pupuk
kimia dapat meningkatkan produksi dan produktifitas, namun bagaimana dengan
jangka pangjang? Pupuk kimia masuk dalam tubuh manusia dan menjadi toxic,
sementara pupuk kimia yang tersapu hujan akan terabsorsi tanah, meracuni pohon
atau mengalir ke sungai dan membunuh biota sungai. Alga biru di sungai adalah
salah satu indikasinya. Itulah sebabnya ahir-ahir ini ada ikan bermata tiga,
karena mutasi genetik.”
Diahir kalimat, dia menambahkan “Tahukah kamu, industri pertanian
besarlah yang menggudang hama agar berkembang cepat. Mereka seperti membuat
lautan sumber makanan bagi hama, tanpa mereka sadari.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar