Laman

Selasa, 20 Desember 2016

Kepagian

Kemudian setelah tahun-tahun berlalu dan saya mencoba untuk pulih dari kekerasan domestik yang saya alami.
Banyak yang saya tidak tahu tentang ibu, dan banyak yang ibu tidak tahu tentang saya. Termasuk kenyataan bahwa pada saat pindah ke Yogyakarta saya tinggal dengan orang lain. Demi bisa tidak hidup di jalan dengan upah yang bahkan  kesulitan membeli makan.
Saya membiarkan saya menggantung dengan kehidupan dan keputusan orang lain.
Butuh waktu sejak ahirnya sejak tulisan saya sebelum ini ahirnya saya berani keluar dari lingkaran tersebut.
Keberanian sepertinya diciptakan oleh Tuhan diawal, bukannya cinta kasih. Karena setelah saya berani keluar dari rumah dan ahirnya harus berpindah-pindah dari rumah aman (shelter) dan numpang tanpa pasti ke rumah teman, ahirnya perlahan rejeki datang dan tawaran pekerjaan tidak pernah berhenti. Sampai saya ahirnya bisa menyewa kamar 3 x 5 meter yang kepanjangan dan cocok untuk merebahkan matras dipagi hari. Sampai ahirnya saya bisa yakin bahwa besok saya akan makan 3 kali sehari.
Ternyata hidup tidak sekejam yang dibayangkan jika kita berani. Kesediaan alam tanpa batas memberi jika kita juga memberi.
Siang ini saat saya ahirnya berani menceritakan ini, saya berusaha untuk pulih, dari semua kekerasan verbal yang ternyata tidak sanggup mendefinisikan hidup saya.
Saya pergi ke semua kafe, membangunkan seluruh penghuni di dalamnya. Salah satu perempuan 40 tahunan memberi tahu jika kafe ini buka pukul 12 siang.
"Tapi gak papa kalau mbak masih mau disini sampai buka." tawarnya menenangkan.
Saya memilih tinggal dan menikmati bagaimana bentuk kehidupan lain memulai harinya. Musik alternatif 80-an diputar dan saya kurang tahu siapa penyajinya, gelas dan mangkuk semalam dikumpulkan dalam satu meja. Puntung rokok dibuang le tempat sampah.

Satu adegan pagi yang kesiangan, perempuan tadi membuka tirai jendela dan ahirnya cahaya masuk dan gedung sebelah terlihat, tukang parkir di bawah melambai-lambaikan tangannya.
Hidup siang ini ternyata kepagian dan kita memang sering kepagian. Termasuk rekasi kita kepada sebuah kejadian yang ternyata masih pagi.
Perempuan tadi memberiku salam dan jus jeruk, kami bicara sejenak. Dia memperkenalkan dirinya, namanya adalah nama adik perempuanku. Kemudian dia mengaku "Saya sepertinya sering lihat mbak?"
Dalam hati saya berkata,
"Ya, dalam kehidupan yang lain kita saling kenal."
Kami berencana akan melakukan diskusi tentang perempuan di kafenya mungkin minggu depan.
Aku kepagian untuk punya teman baru dan komunitas baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar