Laman

Senin, 23 Juli 2018

351 - Rasa

Saya sedang duduk di kursi kerja di rumah, ketika saya melihat di layar komputer dan memutuskan berhenti bekerja sejenak. Layar komputer masih hidup dan beberapa surel belum dijawab.
Saya rindu ibu. Ingin sekali bertemu dengannya. Kadang-kadang hanya melihatnya saja bisa membuat diri tenang.

Saya memutuskan menutup komputer jinjing dan diam sejenak. Selama ini, salah satu alasan kuat saya tidak melakukan bunuh diri adalah karena ibu. Bukan........ bukan karena saya sayang dengannya. Tapi karena tidak ingin membuat ibu dan keluarga malu.

Selama ini, pegangan hidup saya hanya itu. Tidak ada lagi keinginan lain, tidak ada lagi rasa yang lain. Hidup hanya menunggu ujung hari habis dan memulai hari dengan berat karena tidak ada alasan untuk dihidupi.

Saya bertanya lagi, apakah ini bentuk cinta yang ingin saya persembahkan kepada orang lain?

Di tempat yang sama, hanya berjarak beberapa waktu dari jam kerja, saya menangis. Sendirian.
Namun untuk pertama kalinya setelah beberapa waktu, saya merasa nyaman dengan kesedihan yang hadir. Keheningan membawa kesadaran dan pengetahuan. Menawarkan lagi rasa yang pernah dikecap. Rasa yang sengaja dimatikan agar perasaan dan kesadaran lain tidak muncul menyertai. Keindahan yang dihianati.

Dalam tangis ini pula untuk pertama kalinya, saya merasa baik-baik saja dalam kesendirian. Tidak lagi takut.