Laman

Minggu, 17 Juli 2011

Bergerak dalam diam

Saya memutuskan tidur lebih malam, karena besok saya harus keluar kota jam 6 pagi. sebenarnya ini adalah keputusan yang diambil lebih karena saya belum berkemas daripada usaha mengakumulasi rasa kantuk agar bisa tidur sepanjang 4 jam perjalanan. Teman dekat saya tahu bahwa saya tidak bisa tidur (atau saya harus melihat teman saya tertidur sepanjang perjalanan)dalam perjalanan jauh bahkan saat 8 jam dalam kereta api eksekutif menuju Jogja.
Mungkin karena saya tipe penikmat visual yang mendapat sensasi-sensasi dari melihat sesuatu yang bergerak cepat, berwarna kuat serta kontras, dan berganti-ganti intensitas cahaya. Saya selalu menikmati tinggal di dalam kendaraan yang bergerak cepat sambil melihat apa saja yang sebetulnya tidak terlalu bergerak cepat di luar, namun tampak bergerak cepat karena kendaraan yang bergerak cepat. Hampir mirip dengan kata Lacan saat menjelaskan tentang hubungan intersubjektivitas, yaitu hubungan antara beberapa subjek, setelah objek berhasil mengobjekkan dirinya dan menjadi subjek. Lacan menganalogikan dengan peristiwa pemberhentian di kereta api. Kereta api yang kita naiki berhenti di stasiun karena harus menunggu kereta lain dari arah yang berlawanan. Setelah kereta datang, kereta itu ternyata berangkat lebih dulu. Kita akan menyangka bahwa kereta kita yang bergerak meninggalkan stasiun, sebelum ahirnya kereta lain habis meninggalkan realita bahwa kereta kita masih di stasiun dan belum bergerak.
Saya biasa menghubungakn banyak citra visual dengan cerita lain. Saya akan berpikir bahwa tempat sampah di kantor sudah rusak, 5 detik setelah saya melihat tong sampah besar di jalan yang lima detik kemudian akan digantikan dengan citra baru dan menghubungkan dengan cerita lain yang masih ada di dalam dunia saya. Begitu cepatnya pikiran –pikiran berubah dan pemberian makna dilakukan berulanng-ulang membuat saya jadi hidup (dalam arti tidak tidur).
Namun sepanjang perjalanan itu, hanya ada satu pikiran dominan. Dalam perjalanan keluar Jember, saya jadi ingat betapa nikmatnya waktu naik sepeda motor dengan teman. Dipukul angin, disiram hujan tanpa permisi, hampir dikecup tronton, ditilang dengan polisi setengah baya yang sudah mulai tambun, dan jatuh terpeleset kumpulan polisi tidur sebelum rel kereta api. Saya menikmati suasana perjalanan itu, bahkan dari sini, dari tempat saya duduk di dekat jendela mobil travel yang ber-AC(dingin).

2 komentar:

  1. Membaca dan akhirnya.. pengen naik kereta jurusan BWI, terus beli nasi pecel di mrawan. Hmmmm, alangkah indahnya hidup ini..

    BalasHapus
  2. Bener aku juga pengen ke garahan. tapi indahnya gak sendiri Bro. harus bersama-sama dengan banyak teman

    BalasHapus